Thursday, April 5, 2012

Catatan MBK: Forgive me, sob! Ada kalimat sakti yang jarang orang tahu. Di rumah tangga, di pekerjaan di pelayanan dapat digunakan yang justru dapat menyelesaikan banyak persoalan. Simak MBK malam ini 22.00-23.00 hanya di 88.4 FM

MBK: Forgive me, sob! Ada kalimat sakti yang jarang orang tahu. Di rumah tangga, di pekerjaan di pelayanan dapat digunakan yang justru dapat menyelesaikan banyak persoalan.  Simak MBK malam ini 22.00-23.00 hanya di 88.4 FM

@
Forgive me
Dalam suatu kalender yang berisi kata motivasi, satu kata yang tertulis: Maafkan saya, saya telah melakukan kesalahan. Kata itu dapat menutupi banyak pertengkaran dan kesalahpahaman. Ditulis oleh: Zig Ziglar.

Mengapa banyak pertengkaran dalam rumah tangga, dalam pekerjaan dan mungkin dipelayanan? Hal yang terjadi karena ego. Karena semua merasa benar, sehingga akan mudah tergesek satu dengan lainnya. Saat terjadi kesalahan, baik yang jenis berat sampai mungkin karena sepele saja, tapi dapat saja menyebabkan pertengkaran.

Mari kita belajar kalimat sakti ini dan diaplikasikan dalam 3 hal yang sering kita hadapi dalam kehidupan.

@@
Forgive me : di rumah tangga
Tidak ada rumah tangga yang luput dari pertengkaran, dalam rumah tangga hamba Tuhan yang paling saleh sekalipun.

Maukah anda menggunakan kalimat sakti ini saat terjadi pertengakaran dalam rumah tangga Anda?
Untuk mengatakan: Maafkan saya! Itu justru memerlukan jiwa yang besar. Orang yang mempunyai jiwa yang kerdil tidak mungkin akan mengatakan: maafkan saya! Kita harus menyingkirkan ego kita. Walau bisa saja kita merasa bahwa kita bukan pembuat salah, justru pasangan kita yang berbuat salah.

Saya selalu ingat sharing gembala saya yang menceritakan pengalaman beliau. Suatu ketika terjadi pertengkaran dalam rumah tangganya, hal itu terjadi di rumah, dia berada di kamar yang lain. Saat itu dia mendengar Tuhan berkata pada dia untuk meminta maaf pada istrinya. Justru dia protes dengan Tuhan, dia merasa seharusnya justru harusnya istrinya yang meminta maaf padanya. Tapi Tuhan dengan keras menegurnya dia harus bertindak dan segera minta maaf pada istrinya.

Dia taat dan segera menemui istrinya dan meminta maaf. Ternyata istrinya sedang menangis dan juga sedang berdoa juga. Ketika melihat suaminya datang, mereka menjadi saling bermaaf-maafan.

Saya diberkati dengan sharing gembala saya ini, dan saya mempraktekan juga dalam keluarga saya. Saat kami mengalami hal yang tidak enak dan terjadi pertengkaran, saya mengambil langkah terlebih dahulu untuk meminta maaf pada istri saya. Saya melupakan dahulu apakah itu salah saya atau tdk. Saya lakukan yang utama, bahwa saya meminta maaf terlebih dahulu. Dan hasilnya kami menjadi baik lagi.

Dalam sebuah perbicangan chating di FB ada sahabat sangkakala sampai bertanya. Bagaimana kalau suaminya yang berbuat salah itu sampai “parah sekali”. Separah apa tanya saya, ternyata suaminya selingkuh sampai mempunyai bayi. Lalu saya balik bercerita bahwa ada malah pengkhotbah di gereja Bethany menceritakan pengalaman masa lalunya yang selingkuhan sampai mempunyai anak yang sudah kuliah. Tapi puji Tuhan, oleh istrinya, suami ini tetap diterima dan diampuni selanjutnya malah keluarganya menjadi pelayan Tuhan yang aktif melayani keluarga yang bermasalah juga.
Keluarga dipulihkan jika selalu ada pengampunan.

@@@
Forgive me : di pekerjaan
Saya Pernah mendapat pengalaman dalam pekerjaan yang pimpinannya suka naik darah. Kebetulan beliau orang bule, jadi dia jarang berada di kantor dan mengecek kantor kami lewat telpon dan internet. Jika ditemuinya ada kesalahan, maka siap-siap saja mendapat semprotan kemarahannya. Sangat tidak enak jika mendapat kemarahan apa lagi kadang sulit menjelaskan apalagi menjelaskan lewat telepon dan memakai bahasa asing lagi.

Saya belajar menggunakan kalimat sakti ini dan kebetulan waktu itu saya menempatkan kalender motivasi ini di atas meja kerja saya. Sebelum ini saya selalu menjelaskan mengapa sebab-sebabnya dan bersikukuh menjelaskan sedetail-detailnya sebelum kena marah menjadi-jadi.

Saat telpon kantor kami berdering, biasanya jam 12 siang ke atas, dan jika suaranya tidak terlalu jelas, pasti itu interlokal dari luar negeri. Jika nada suaranya tinggi, jadi siap-siap saja kena marah.

Setelah dia menjelaskan sebab dia marah, dan sepertinya sudah selesai, satu kalimat yang saya ucapkan, “Forgive me…”. Dan hening sejenak, lalu saya jika dia sepertinya sudah reda dan siap mendengar penjelasan saya, baru saya jelaskan detailnya. Wow, saya surprise, ternyata hasilnya berbeda, dia dapat mengerti dan memahaminya.
Sebelumnya, saat saya dimarahi dengan nada tinggi, saya balas menjelaskan dengan nada tinggi. Apalagi kadang yang dituduhkan bukan mutlak kesalahan saya, tentu susah menerimanya. Namun setelah saya belajar kalimat sakti ini, banyak permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.

Sayapun pernah membicarakan hal ini di MBK beberapa tahun lalu, dan ada yang protes mengatakan, kalau kita tidak salah, mengapa kita mengaku salah? Ya, sepertinya merendahkan diri kita, namun percayalah, orang yang marah, kadang susah berpikir jernih, jika dia sudah tenang dan dapat kita jelaskan dengan lancar dan perlahan-lahan, maka dia/pimpinan kita akan dapat memahaminya.

Belajar menggunakan kalimat sakti, maafkan saya, ternyata mampu menyelesaikan banyak masalah. Cobalah dan belajarlah, semoga Anda mendapat manfaatnya.

@@@@
Forgive me : di pelayanan
Kadang orang berpikir, bahwa di bidang pelayanan orangnya baik-baik dan kita akan bertemu orang seperti malaikat. Pemikiran ini tidak sepenuhnya benar. Justru kadang di pelayanan akan membuat kita terkejut ada banyak yang membuat kita bertanya, mengapa ada orang seperti ini ya?

Ada orang yang tidak tahan, malah angkat tangan dan meninggalkan pelayanan. Kalau mau jujur, sayapun pernah mengalami hal ini. Saya bukan malaikat, saya masih sangat bisa tersinggung.

Namun sebelum lebih jauh, saya bersyukur mempunyai pemimpin rohani yang dapat memberikan pandangan yang mencerahkan. Bahwa di pelayanan, dapat saja terjadi konflik, bahwa bisa jadi orang yang membuat konflik tidak merasa bahwa dia telah melukai orang lain. Bisa jadi dia tidak merasa berbuat salah, bisa jadi dia justru sudah melakukan hal yang benar.

Kita harus memakluminya. Kita harus memaafkannya, walau mungkin saja tidak perlu mengatakan pada orang tersebut, karena sudah pasti dia merasa tidak pernah bersalah.

Yang disenangkan kalau di pelayanan terjadi konflik adalah iblis, jangan pernah memberi peluang untuk iblis bersuka atas pertengkaran kita.
Memaklumi dan menyadari bahwa itu hanya proses membuat kita lebih dewasa dalam pelayanan bahwa tidak semua orang sama dengan kita. Ada orang yang sangat keras, ada orang yang suka ceplas ceplos, dan masih banyak lainnya. Ya, tidak bisa kita menyamaratakan orang lain harus sama dengan kita, dan kita minta diperlakukan sesuai keinginan kita.
Mungkin ada diantara sahabat sangkakala sampai berurai air mata dan sakit hati yang tidak henti ketika mengalami hal yang tidak enak di pelayanan.

Saya sudah mengalaminya, dan saya mengatakan pada diri saya, “maafkan saya, dan saya juga memaafkan dia!” Dan saya mendapatkan kelegaan. Cobalah dan Anda pasti akan mendapatkan kelegaan.

@@@@@
Forgive me: Belajarlah lebih dahulu
Ada banyak pengalaman, saya belajar justru dengan mengatakan, maafkan saya, justru akan membuat suasana lebih mudah cepat cair dan bersahabat. Misalnya, jika kita ingin bertanya tentang suatu hal, “maafkan ya, mungkin saya salah, apa benar jika …. Dan seterusnya!”

Dengan mengatakan kalimat, “maafkan saya” akan membuat orang tidak tersudut lebih dahulu.
Namun bagaimanapun juga, jangan jugalah menjadikan kalimat, maafkan saya ini menjadi “trade mark”, maksudnya, sedikit-sedikit mengatakan hal itu, pasti Anda akan ingat seorang tokoh di sinetron di sebuah televisi. Pasti sahabat sangkakala sudah tahulah cara menempatkan kalimat sakti ini dalam hal seperti apa.

Dan jangan pula menjadikan kalimat ini menjadikan kita alasan untuk berbuat salah terus menerus. Karena kita berpikir bahwa jika sudah minta maaf maka urusan selesai.

Jika kita memang salah, maka kita harus memperbaiki kesalahan kita dan tidak untuk diulang lagi.

Jika kita minta maaf untuk mencegah kemarahan berlanjut, maka carilah momen yang tepat untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya ketika lawan bicara kita sudah dapat berpikir dengan jernih.
Jika kita sudah belajar meminta maaf, maka akan sama mudahnya kita akan belajar mengampuni.

Lukas  6:37 "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.

No comments:

Post a Comment